Penyakit
Pada Unggas
Dalam suatu peternakan ayam, dapat terjadi banyak sekali variasi
penyakit yang sudah sangat dipahami atau familiar bagi peternak
terutama peternak skala menengah dan besar.
Berbicara keberhasilan mengenai peternakan (tanpa
tergantung skala bisnisnya) oleh seorang peternak ditentukan dari
pengetahuan dan pemahaman dengan pengenalan sumber hambatan dan ancaman
dari penyakit yang mungkin dapat menjadikan ledakan penyakit menular dan
berakibat sangat merugikan. Oleh sebab itu, pengamanan dan menjauhkan
ternak ayam dari sumber wabah dan hambatan potensial tersebut menjadi
prioritas dan perhatian khusus.
Dimulai
dengan pemilihan indukan yang unggul, pengelolaan yang baik, sanitasi,
peningkatan daya tahan ayam dengan vaksinasi dan usaha menjauhkan ternak
ayam dari sumber penyakit adalah kunci sukses dalam beternak ayam.
Secara prinsip penyakit ayam
dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu :
- Penyakit yang menular dan disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus, parasit dan jamur.
- Penyakit yang disebabkan oleh faktor atau sebab lainnya.
- Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan zat-zat makanan yang diperlukan dalam perkembangan dan ketahanan tubuh ayam yang lebih disebabkan karena ketergantungan ayam pada kualitas makanan yang diberikan oleh peternak
Berikut ini
kami mencoba memberikan ringkasan beberapa penyakit yang sering dijumpai
pada ayam, termasuk penyakit yang baru-baru ini sangat meresahkan para
peternak yaitu Avian Influenza atau yang lebih dikenal dengan Flu
Burung.
MELALUI
INFEKSI VIRAL
Tetelo
Newcastle
Disease (ND)
Sampar
Ayam
Pes
Cekak
ND merupakan
infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit
ini disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya
dikualifikasikan menjadi:
- Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
- Tipe yang lebih ringan disebut degan “Mesogenic”. Kematian pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
- Tipe lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND sangat
menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus
ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.
Pada tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan
ditularkan melalui udara. Meskipun demikian pada penularan melalui
udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan yang luas. Unggas yang
dinyatakan sembuh dari ND tidak akan dinyatakan sebagai “carrier” dan
biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi
pemaparan.
Gejala yang
nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut:
-
excessive mucous di trakea
- gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk,
bersin dan ngorok waktu bernapas
- ayam tampak lesu
- napsu makan menurun
- produksi telur menurun
- mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat
berdarah
- jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap
turun, otot tubuh gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat
menyebabkan kejang-kejang dan leher terpuntir.
Penanggulangan
penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
- ayam
yang tertular harus dimusnahkan.
- vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan.
Jenis vaksin yang kami gunakan adalah ND Lasota yang kami beli dari PT.
SHS. Vaksinasi ND yang pertama, kami lakukan dengan cara pemberian
melalui tetes mata pada hari ke 2. Untuk berikutnya pemberian vaksin
kami lakukan dengan cara suntikan di intramuskuler otot dada.
- untuk
memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang
penulis menyarankan agar memberikan vaksin ini dengan pola 444.
maksudnya vaksin ND diberikan pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4
bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. Namun kami mempunyai
sedikit perbedaan dengan jadwal pola 444.(lihat jadwal pemberian vaksin
modifikasi kami)
Pencegahan yang harus dilakukan oleh para peternak
mengingat penyakit ini sangat infeksius adalah sebagai berikut:
- memelihara
kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat sinar
matahari yang cukup dan ventilasi yang baik.
- memisahkan
ayam lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.
- memberikan
ransum jamu yang baik.
Gumoro
Infectious
Bursal Disease
Penyakit ini
menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus.
Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang
parah, antibody ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system
kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam.
Ayam yang terkena akan menampakan gejala seperti gangguan saraf,
merejan, diare, tubuh gemetar, bulu di sekitar anus kotor dan lengket
serta diakhiri dengan kematian ayam.
Virus yang
menyebabkan penyakit ini adalah virus dari genus Avibirnavirus.
Di dalam tubuh ayam, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan,
kemudian akan berkembang menjadi infeksius. Gumoro memang tidak
menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi infeski sekunder
yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena
kekebalan tubuhnya tidak bekerja.
Seorang
penulis menyebutkan bahwa gumoro menyerang anak ayam pada usia 2 – 14
minggu dengan gejala awal sbb:
- napsu makan berkurang
- ayam tampak lesu dan mengantuk
- bulu
tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang mengotori
bulu pantat
- peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya ayam akan
mematoki duburnya sendiri.
- jika tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan
tubuhnya terganggu.
Sedangkan
penulis yang berbeda menyebutkan gejala gumoro adalah sbb:
- diare
berlendir
- nafsu makan turun
- gemetar dan sukar berdiri
- bulu di sekitar anus kotor
- ayam
suka mematuk di sekitar kloaka
Penulis yang lain
menyebutkan bahwa gumoro dapat dibagi 2 yaitu gumoro klinik dan sub
klinik. Gumoro klinik menyerang anak ayam berumur 3-7 minggu. Pada fase
ini serangan terhadap kekebalan tubuh ayam tersebut hanya bersifat
sementara antara 2-3 minggu. Gumoro subklinik menyerang anak ayam
berumur 0-3 minggu. Penyakit ini paling menakutkan karena kekebalan
tubuh ayam dapat hilang secara permanen, sehingga ayam dengan mudah
terserang infeksi sekunder.
Gumoro menyebar melalui kontak langsung, air minum,
pakan, alat-alat yang sudah tercemar virus dan udara. Yang sangat
menarik adalah gumoro tidak menular dengan perantaraan telur dan ayam
sudah sembuh tidak menjadi “carrier”. Upaya penanggulangan gumoro ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi, menjaga kebersihan
lingkungan kandang.
Bronchitis
Infectious
Bronchitis
Penyakit ini disebabkan
oleh Corona virus yang menyerang system pernapsan. Pada ayam dewasa
penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi pada ayam berumur kurang
dari 6 minggu dapat menyebabkan kematian. Informasi yang lain
menyebutkan bahwa ayam yang terserang penyakit ini dan berumur di bawah 3
minggu, kematian dapat mencapai 30-40%. Penularan dapat terjadi melalui
udara, peralatan, pakaian. Virus akan hidup selama kurang 1 minggu jika
tidak terdapat ternak pada area tersebut. Virus ini mudah mati karena
panas atau desinfektan.
Gejala penyakit IB ini
sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit respiratory lainnya. Secara
umum gambaran penyakit tersebut adalah:
- batuk
- bersin
- rattling
- susah bernapas
- keluar lendir dari hidung
- terengah-engah
- napsu makan menurun
- gangguan pertumbuhan
- pada periode layer akan didapatkan produksi
telur yang sangat turun hingga mendekati zero dalam beberapa hari, butuh
waktu sekitar 4 minggu agar ayam kembali berproduksi, bahkan beberapa
diantaranya tidak akan kembali ke normal. Telur yang dihasilkan akan
berukuran kecil, cangkang telur lunak, bentuk telur menjadi irregular.
Sanitasi
merupakan factor pemutus rantai penularan penyakit karena virus
tersebut sangat rentan terhadap desinfektan dan panas. Pencegahan lain
yang sangat umum dilakukan adalah dengan memberikan vaksinasi secara
teratur.
Avian
Pox
Avian pox mempunyai
daya sebar yang relatif lambat. Avian pox disebabkan oleh minimal 3
strain atau tipe yaitu: fowl pox virus (virus cacar pada unggas), pigeon
pox virus (virus cacar pada burung dara) dan canary pox virus (virus
cacar pada burung kenari). Biasanya cacar yang terjadi pada ayam
disebabkan oleh fowl pox virus. Virus ini dapat ditularkan secara
langsung maupun tidak langsung. Virus ini sangat resisten pada keropeng
yang kering dan dalam beberapa kondisi dapat hidup hingga beberapa
bulan. Virus ini dapat ditransmisikan melalui beberapa spesies nyamuk.
Nyamuk ini akan membawa virus yang infeksius ini setelah nyamuk tersebut
menggigit unggas yang terinfeksi.
Meskipun fowl pox penyebarannya relatif lambat,
kawanan unggas ini dapat berpengaruh selama beberapa bulan. Perjalanan
penyakit ini memerlukan waktu sekitar 3-5 minggu.
Gejala
yang didapatkan pada penyakit ini adalah:
- pertumbuhan yang
lambat pada unggas muda
- telur menurun
pada periode layer
- kesulitan
bernapas dan makan
- dry pox, dimulai
dari “small whitish foci” dan kemudian berkembang menjadi “wart-like
nodules”. Nodule tersebut kemudian akan mengelupas dalam proses
penyembuhan. Lesi ini biasanya terlihat pada bagian tubuh yang tidak
berbulu seperti lubang telinga, mata , jengger, pial dan kadang-kadang
ditemukan di kaki.
- wet pox
diasosiasikan dengan cavitas oral dan traktus respiratorius bagian atas,
terutama pada laryng dan trakea.
Langkah pencegahan yang utama adalah memberikan
vaksinasi pada ayam. Pemberian vaksinasi dilakukan dengan melakukan
penusukan pada sayap dengan jarum khusus.
Marek (Visceral Leukosis)
Disebabkan oleh virus
tipe DNA yang tergolong herpes tipe B. Marek diidentikan dengan penyakit
anak ayam, meskipun demikian penyakit ini juga dapat menginfeksi ayam
yang lebih tua. Anak ayam terserang adalah kelompok umur 3-10 minggu.
Umur 8-9 minggu merupakan umur yang paling rawan. Penularan dapat
terjadi secara kontak langsung, kotoran ayam, debu dan peralatan
kandang.
Marek dapat menimbulkan beberapa variasi gejala
klinis, antara lain:
- Marek
tipe visceral
Ditandai dengan lesi pada gonad, hati, limpa, ginjal
dan kadang-kadang pada jantung, paru dan otot. Penyakit ini biasanya
akut, rupanya unggas yang sehat akan mengalami kematian secara cepat
dengan tumor internal yang masif.
- Marek tipe neural
Ditandai
dengan kelumpuhan yang progresif pada sayap, kaki dan leher. Penurunan
berat badan, anemia, kesulitan bernapas dan diare merupakan gejala yang
sering ditemukan .
- Ocular leucosis
atau “gray eye”
Morbiditas dan mortalitas biasanya sangat kecil tetapi
disebutkan mendekati 25%. Gejalanya dikarakteristikan dengan spotty
depigmentation atau diffuse graying pada iris mata. Pupil
mata berbentuk irregular dan gagal bereaksi terhadap cahaya. Diare berat
dan kematian.
- Skin leukosis
Pembesaran folikel bulu
karena akumulasi limfosit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi
pada DOC berumur 1 hari dengan vaksin Cryomarex HVT atau Cryomarex
Rispens.Ayam yang terinfesi sebaiknya dimusnahkan agar tidak menularkan
ke ayam yang sehat.
MELALUI INFEKSI BAKTERI
Snot/Coryza
Disebabkan oleh bakteri Haemophillus
gallinarum. Penyakit ini biasanya menyerang ayam akibat adanya
perubahan musim. Perubahan musim biasanya mempengaruhi kesehatan ayam.
Snot banyak ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini menyerang hampir
semua umur ayam. Angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini
mencapai 30% tetapi angka morbiditas atau angka kesakitannya mencapai
hingga 80%. Snot bersifat kronis, biasanya berlangsung antara 1-3 bulan.
Ayam betina berumur 18-23 minggu paling rentan terhadap penyakit ini.
Namun menurut pengalaman kami, ayam berumur kurang dari 16 minggu
mempunyai angka kematian yang cukup tinggi jika terkena penyakit ini.
Sedangkan ayam yang sedang bertelur dapat disembuhkan tetapi
produktivitas telur menurun hingga 25%. Penularan Snot dapat melalui
kontak langsung, udara, debu, pakan, air minum, petugaskandang dan
peralatan yang digunakan.
Dari berbagai referensi yang kami dapatkan
gejala penyakit Snot pada ayam adalah sbb:
- ayam terlihat mengantuk, sayapnya turun
- keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan
berbau khas
- muka dan mata bengkak akibat
pembengkakan sinus infra orbital
- terdapat kerak dihidung
- napsu makan menurun sehingga tembolok kosong jika diraba
- ayam mengorok dan sukar bernapas
- pertumbuhan menjadi lambat.
Pengobatan Snot yang diberikan adalah
preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathiazole, menurut
beberapa penulis penyakit ini dapat diobati dengan antibiotika seperti
Ultramycin, imequil atau corivit. Kami menggunakan preparat
enrofloksacyn atau lebih dikenal dengan Enflox produksi SHS dan saat ini
kami sedang mencoba menggantinya dengan preparat amphycillin dan
colistin atau lebih dikenal dengan Amphyvitacol produksi Vaksindo.
Seorang penulis menyebutkan pengobatan tradisional juga dilakukan dengan
memberikan susu bubuk yang dicampur dengan air dan dibentuk sebesar
kelereng sesuai dengan bukaan mulut ayam dan diberikan 3 kali sehari.
Sedangkan pengobatan tradisional yang kami lakukan adalah
memberikan perasan tumbukan jahe, kunir, kencur dan lempuyang. Air
perasan ini dicampurkan pada air minum. Sedangkan ampasnya kami
campurkan pada sedikit pakan. Selain ramuan ini menghangatkan tubuh
ayam, ramuan ini juga berkhasiat untuk menambah napsu makan ayam. Selain
memberikan obat yang diberikan bersama dengan air minum, kami juga
memberikan obat secara suntikan pada ayam yang sudah parah. Obat yang
kami berikan adalah Sulfamix dengan dosis 0.4 cc/kg BB ayam. Hal lain
yang perlu dilakukan karena penyakit ini mempunyai penularan yang sangat
cepat dan luas, ayam yang terkena Snot harus sesegera mungkin
dipisahkan dari kelompoknya.
Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan
menjaga kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang
sebaiknya terkena sinar matahari langsung sehingga mengurangi
kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan timbulnya penyakit
ini.
Berak Kapur
atau Pullorum
Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.
Berak kapur sering ditemukan pada anak ayam umur 1-10 hari.
Gejala yang timbul adalah :
- napsu makan menurun
- kotoran encer dan bercampur butiran-butiran putih seperti
kapur
- bulu dubur melekat satu dengan yang
lain
- jengger berwarna keabuan
- badan anak ayam menjadi menunduk
- sayap terkulai
- mata menutup
Penulis yang lain mengatakan gejala anak ayam
yang terkena berak kapur selain gejala yang disebutkan di atas, anaka
ayam akan terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka bergerombol mencari
tempat yang hangat.
Berbeda dengan ayam dewasa, gejala berak
kapur tidak nyata benar. Ayam dewasa yang terkena berak kapur akan
mengalami penurunan produktivitas telur, depresi, anemia, kotoran encer
dan berwarna kuning.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
menjaga sanitasi mulai dari mesin penetasan hingga sanitasi kandang dan
melakukan desinfeksi kandang dengan formaldehyde sebanyak 40%. Ayam
yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan
ayam yang parah dimusnahkan.
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik
seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di
dada ayam. Penulis lain menyebutkan pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan preparat sulfonamide.
Berak Hijau
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara
pasti, demikian pula pengobatannya. Selama ini penyakit ini diduga
disebabkan oleh bakteri sejenis Salmonella pullorum. Penularan
berak hijau sangat mudah yaitu melalui kontak langsung termasuk saat
jantan mengawini betina dan melalui pakan dan minuman yang
terkontaminasi dengan ayam yang sakit. Pengaruh penyakit ini dapat
sampai ke DOC keturunan induk yang sakit.
Gejala penyakit ini adalah:
- jengger berwarna biru
- mata lesu
- napsu makan menurun
- sekitar pantat terlihat memutih dan lengket.
Upaya pencegahan merupakan hal
utama antara lain dengan menjaga sanitasi kandang, memisahkan antara
ayam yang sakit memberikan pakan yang yang baik.
Jika ayam yang terinfeksi mengalami kematian, lebih baik ayam tersebut dibakar agar
bakteri tersebut ikut mati dan tidak menular ke ayam yang lain.
Kolera
Penyebab penyakit ini adalah
bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella multocida.
Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini menyerang
ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut atau
kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan
produktivitas bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan
pencernaan.
Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman,
peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut,
kematian dapat terjadi secara tiba-tiba.
Sedangkan pada serangan kronis didapatkan gejala sbb:
- napsu makan berkurang
- sesak napas
- mencret
- kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan
berbau busuk
- jengger dan pial bengkak
serta kepala berwarna kebiruan
- ayam suka menggeleng-gelengkan kepala
- persendian kaki dan sayap bengkak disertai kelumpuhan
- lesi yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian
pada kolera akut antara lain adalah :
+ perdarahan pintpoint pada membran mukosa dan serosa dan atau
pada lemak abdominal
+ inflamasi pada 1/3 atas usus kecil
+ gambaran “parboiled” pada hati
+ pembesaran dan pembengkakan limpa
+ didapatkan material berbentuk cream atau solid pada
persendian
Diagnosis secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas,
gejala dan lesi postmortem. Sedangkan diagnosis definitive didapatkan
pada isolasi dan identifikasi organisme ini.
Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan
antara lain dengan menjaga agar litter tetap kering, mengurangi
kepadatan kandang, menjaga kebersihan peralatan kandang dan memberikan
vitamin dan pakan yang cukup agar stamina ayam tetap terjaga.
Pengobatan kolera dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfat atau
antibiotik seperti noxal, ampisol atau inequil.
Chronic Respiratory Disease (CRD)
atau ngorok
atau Air Sac
atau Sinusitis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum.
Biasanya menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penuluaran terjadi
melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat makan dan minum,
manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
Seorang penulis menyebutkan bahwa gejala CRD ini mirip dengan
Snot atau Coryza yaitu:
- batuk-batuk
- napas berbunti atau ngorok
- keluar cairan dari lubang hidung
- nafsu makan turun
- produksi telur turun
- ayam suka menggeleng-gelengkan kepalanya
Sedangkan penulis lain mengatakan
gejala yang timbul pada
CRD adalah:
- ayam kehilangan napsu makan secara tiba-tiba dan terlihat
lesu
- warna bulu pucat, kusam dan di beberapa
lokasi terjadi perlengketan terutama di sekitar anus
- terjadi inkoordinasi saraf
- tinja cair dan berwarna putih
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara yang paling sederhana
yaitu tidak membeli DOC dari produsen yang tidak diketahui dan
melakukan sanitasi kandang.
Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10% peroral,
mycomas dengan dosis 0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau
bacytracyn yang diberikan pada air minum.
Colibacillosis
Penyebab penyakit ini adalah Escherichia
coli. Problem yang ditimbulkan dapat infeksi akut berat dengan
kematian yang tiba-tiba dan angka kematian yang tinggi hingga infeksi
ringan dengan angka kesakitan dan kematian yang rendah.infeksi dapat
terjadi pada saluran pernapasan, septicemia atau enteritis karena
infeksi pada gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau
diikuti oleh infeksi sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit
ini adalah Mycoplasma gallisepticum. Semua umur dapat terkena
penyakit ini, namun yang paling banyak adalah ayam usia muda.
Gejala yang ditimbulkan pada
penyakit ini disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri akibat
pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi primer terjadi pada system
pernapasan dan system gastrointestinal. Omphalitis atau infeksi pada
anak ayam terjadi karena penutupan tali pusat yang kurang baik atau
karena invasi bakteri melalui cangkang telur pada saat inkubasi.
Berikut ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah:
- napsu makan menurun
- ayam lesu dan tidak bergairah
- bulu kasar
- sesak napas
- kotoran banyak menempel di anus
- diare
- batuk
Pada septicemia akut dapat menyebabkan
kematian yang tiba-tiba.
Pada pembedahan akan didapatkan:
- dehydrasi
- bengkak dan kongesti pada hati, limpa dan ginjal
- perdarahan pinpoint pada organ viscera
- eksudat fibrinous pada kantung udara, kantung jantung dan
permukaan jantung, hati dan paru (sangat karakteristik)
- usus menipis dan inflamasi serta mengandung mucous dan area
perdarahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang seperti menjaga
ventilasi udara, litter yang terjaga kebersihannya, secara teratur
melakukan desinfeksi terhadap peralatan dan fasilitas lainnya. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah menjaga kualitas pakan dan air minum,
kepadatan kandang harus diperhatikan, penanganan mesin penetas telur dan
menjauhkan ayam dari stress yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Pengobatan Colibasillosis dapat dilakukan dengan obat-obat sulfa, neomisin, streptomisin
dan tetrasiklin. Meskipun demikian, menurut info yang lain dikatakan
pengobatan penyakit ini cenderung susah dan tidak menentu.
MELALUI INFEKSI PROTOZOA
Berak Darah/
Koksidiosis
Berak darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan
oleh protozoa dari genus Eimeria. Penularan penyakit ini dapat
melalui kontak secara langsung maupun tidak langsung seperti kontak
dengan droplet dari unggas yang terinfeksi. Pada saat unggas memakan
koksidia, organisme ini akan menginvasi usus dan mengakibatkan kerusakan
dan kemudian mulai berkembang biak. Beberapa minggu setelah terjadinya
infeksi, koksidia akan berubah menjadi oocyst. Oocyst masih belum cukup
matur, meskipun oocyst terdapat pada droplet, oocyst ini tidak dapat
menginfeksi unggas lain kecuali ia berkembang (sporulasi) menjadi
bentuk yang lebih matang di litter. Bentuk inilah yang dapat menyebabkan
infeksi pada unggas. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah
protozoa yang termakan. Di dalam peternakan, penyakit ini sangat mudah
ditularkan melalui alas kaki, baju, burung liar, peralatan, tempat
pakan, serangga atau rodent.
Gejala yang timbul pada penyakit ini adalah
sbb:
- kotoran lembek cenderung cair dan
berwarna coklat kehitaman kerena mengandung darah
- pertumbuhan terhambat
- napsu makan menurun
- pada pembedahan ayam yang mengalami kematian akibat
penyakit ini akan ditemukan pada usus besarnya akan bengkak berisi
darah.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi pada ayam pada
usia 4 hari. Biasanya kami akan memberikan vaksinasi ini dengan
melakukan penyemprotan pada pakan. Selain itu harus dilakukan sanitasi
yang baik pada kandang DOC. Pilihlah pakan yang sudah mengandung
koksidiostat ( preparat pembunuh protozoa Eimeria).
MELALUI INFEKSI PARASIT
Cacingan
Worm Disease
Cacingan pada ayam dapat
disebabkan oleh:
- Ascaridia galli
Infeksi cacing ini terutama
menyerang ayam usia 3-4 bulan. Spesimen dari parasit ini kadang-kadang
ditemukan dalam telur. Cacing ini berpindah tempat dari usus ke oviduct
dan dapat masuk ke dalam telur pada saat pembentukan telur tersebut.
Cacing dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang karena panjang cacing
dewasa mencapai ½ hingga 3 inchi.
Riwayat hidup cacing ini sangat simple.
Cacing betina akan meletakan telurnya di usus unggas yang terinfeksi dan
akan ikut dikeluarkan bersama tinja. Embrio akan terus berkembang dalam
telur tersebut meskipun tidak akan langsung menetas. Larva dalam telur
mencapai stadium infektif dalam 2-3 minggu. Telur yang mengandung embryo
ini sangat tahan banting bahkan dalam kondisi laboratorium dapat
bertahan hingga 2 tahun, sedangkan dalam keadaan biasa akan tetap
bertahan hingga 1 tahun bahkan lebih. Hal yang penting di sini adalah
desinfektan yang digunakan pada peternakan tidak dapat membunuh/ merusak
telur. Unggas akan terinfeksi jika memakan telur cacing ini.
Unggas yang terinfeksi oleh cacing
ini akan terlihat lesu, diare dan kurus. Kerusakan utama yang
ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya
timbul pada infeksi yang sangat berat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
sanitasi kandang dengan baik dan pemisahan ayam berdasarkan umur.
Bersihkan kandang sebersih mungkin jika kandang akan digunakan untuk
populasi ayam yang baru.Sedangkan obat yang digunakan adalah preparat
piperazine yang hanya dapat memutus rantai penularan dengan membunuh
cacing dewasa. Preparat yang biasa kami gunakan dan kami berikan tiap 4
minggu adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo. Pemberian obat ini
cukup dicampurkan pada air minum.
- Heterakis gallinae
Parasit ini tidak menimbulkan akibat yang
serius pada kesehatan ayam. Minimal tidak menimbulkan gejala atau
patologi yang signifikan. Cara penularan cacing ini sama dengan Ascaris.
Namun telur yang mengandung larva akan infektif dalam 2 minggu.
Dalam cuaca yang dingin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Parasit ini dapat dibasmi dengan fenbendazole.
- Capillaria annulata atau Capllaria contorta
Cacing ini sering ditemukan pada
esophagus dan tembolok. Parasit ini menyebabkan penipisan dan inflamasi
pada mukosa. Pada system gastrointestinal bagian bawah, dapat ditemukan
beberapa spesies parasit tetapi biasanya adalah Capillaria obsignata.
Berbeda dengan cacing yang lain, pembentukan embryo memakan waktu
6-8 hari dan akan sangat infeksius untuk peternakan. Kerusakan terparah
akan terjadi pada 2 minggu setelah infeksi. Parasit ini akan
menimbulkan inflamasi berat dan kadang-kadang terjadi perdarahan. Erosi
pada usus akan menyebabkan kematian. Problem yang sering ditimbulkan
oleh parasit ini adalah penurunan pertumbuhan, penurunan produksi dan
fertilitas.
Sanitasi yang baik merupakan kunci pencegahan yang utama.
Pemberian vitamin A dapat memberikan nilai tambah. Parasit ini dapat
dibasmi dengan menggunakan fenbendazole atau leviamisole.
Secara umum, seorang penulis menggambarkan gejala penyakit
cacingan pada ayam adalah sbb:
- tubuh ayam menjadi kurus
- nafsu makan berkurang
- sayap kusam dan terkulai
- kotoran encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang
berdarah
- pertumbuhan lamban
Penanggulangan yang dapat dilakukan secara umum adalah:
- sanitasi kandang dengan desinfektan
- pemberian Caricid pada umur 4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3
liter air untuk 100 ekor ayam. Umur lebih dari 6 minggu diberi dosis 6
ml/10 L air untuk 100 ekor ayam
- campurkan premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5
kg/kg pakan diberikan selama 5-6 hari.
--- Faktor Lain
---
Faktor utama
penyebab ayam sakit adalah karena kecerobohan dalam
mengelola peternakan yang diakibatkan oleh faktor-faktor :
1. Sanitasi
yang tidak benar, dengan ciri peternakan menjadi kotor, bau dan terkesan
jorok
2. Tidak
melakukan pembersihan rutin dan pemberian obat dan vitamin kepada unggas
yang ada.
3. Dan tidak
dilakukannya vaksinasi pada unggas.
Yang
terpenting adalah
" LAKUKAN
VAKSINASI "
Dengan
cara-cara yang benar dan waktu yang teratur seperti kami terangkan pada
halaman vaksinasi.
Sebagian
dari cara vaksinasi yang kami lakukan
(semua gambar adalah milik GloryFarm)
![http://www.glory-farm.com/psv/vak_nd.jpg](file:///C:/Users/GUZDOOR/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.jpg)
Vaksinasi
Coryza
![http://www.glory-farm.com/psv/vak_cacar.jpg](file:///C:/Users/GUZDOOR/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Vaksinasi
Cacar
![http://www.glory-farm.com/psv/vak_coryza2.jpg](file:///C:/Users/GUZDOOR/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.jpg)
Vaksinasi
ND-IB
![http://www.glory-farm.com/psv/pvs_tetesmata.jpg](file:///C:/Users/GUZDOOR/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
Vaksinasi ND
Tidak ada komentar:
Posting Komentar